Skip to main content

Manusia dan Keindahan

Manusia setelah dilahirkan, dan kemudian mengembangkan kemampuan untuk membedakan dan mengenali benda-benda di sekitarnya, akan memiliki preferensi. Preferensi dapat merujuk untuk berbagai hal seperti preferensi untuk olahraga tertentu, warna kesukaan, atau jenis musik favorit. Menurut saya, preferensi kita dapat secara tidak langsung menunjukkan apa saja hal-hal yang kita anggap indah. Mengapa? Karena manusia pasti menyukai keindahan. Tetapi preferensi setiap orang berbeda-beda. Begitu juga dengan apa yang kita anggap indah, semua orang memiliki pendapatnya sendiri. Maka wajar apabila sudut pandang seseorang tentang keindahan tidak selalu sama dengan orang lain. 

 
Meisje met de parel, oleh Johannes Vermeer (1665)

Lukisan karya Johannes Vermeer di atas, secara pribadi saya, adalah lukisan potret yang paling indah. Tetapi mungkin Anda lebih menyukai lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci atau lukisan potret pribadi Vincent van Gogh. Tetapi opini-opini Anda itu tidak dapat mengubah lukisan yang saya anggap indah menjadi tidak indah. Pola pikir seperti inilah yang akan di terapkan saat berbicara tentang hal-hal preferensi kita, tentang Manusia dan Keindahan.

Manusia dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens, yaitu sebuah spesies primata dari golongan mamalia dengan otak yang berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, manusia dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi, yang dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, manusia juga seringkali dibandingkan dengan ras hewan lain. (Sumber: Wikipedia)

Keindahan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman presepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam KBBI, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya. (Sumber: Wikipedia)

Dari sekian banyak definisi keindahan yang diutarakan oleh para tokoh dari seluruh dunia, definisi yang paling saya senangi adalah: "Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang." yang diungkapkan oleh seorang Inggris bernama Humo. Saya menyukai tersebut karena itu terkesan logis dan mudah dimengerti. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa sesuatu yang "logis dan mudah dimengerti" akan saya anggap indah.

Mungkin ada dari Anda yang lebih menyukai definisi keindahan yang diungkapkan oleh Shaftesbury dari Jerman yang berbunyu: "Yang indah itu adalah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena yang proporsinya harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah yang baik." Definisinya memang terkesan abstrak dan mengambang, tapi pasti ada orang yang dapat menemukan keindahan di dalamnya.

Manusia-manusia yang memiliki sifat positif biasanya mudah menemukan keindahan dalam hal-hal sepele. Dan sebaliknya, orang yang pesismis sering merasa kesulitan untuk menemukan keindahan dalam hidup. Ini jelas menunjukkan bahwa pola pikir kita dapat sangat memengaruhi apa-apa saja yang kita anggap indah. Filsuf abad pertengahan, Thomas Amuinos, mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.

Menurut luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu:
  1. Keindahan dalam arti luas, menurut Aristoteles keindahan adalah sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
  2. Keindahan dalam arti estetik murni, yaitu pengalaman estetik seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
  3. Keindahan dalam arti terbatas, yaitu yang menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Ada dua nilai yang penting dalam Keindahan:
  1. Nilai Ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu hal. 
  2. Nilai Intrinsik yakni sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut.  
Manusia yang menikmati keindahan berarti telah mempunyai pengalaman keindahan yang biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengan (auditori), walaupun keindahan tidak terbatas pada kedua bidang tersebut. Keindahan tersebut pada dasarnya bersifat alamiah. Alamiah berarti wajar, tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan sangat abstrak dan identik dengan kebenaran. Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan yang tidak ada unsur didalamnya yang tidak mempunyai daya tarik.

Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang memiliki daya imajinasi, rajin, dan kreatif dalam menghubungan objek yang satu dengan yang lainnya. Jadi keindahan mempunyai dimensi interaksi yang sangat luas, baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang melakukan inteaksi.
 
Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dengan tujuan tertentu. Motivasi tersebut dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup, kemerosotan moral-moral, perubahan nilai dalam masyarakat, keagungan Tuhan, keindahan alam, dan lainnya.


Comments

Popular posts from this blog

Manusia dan Penderitaan

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Semua orang pasti pernah merasakan pahitnya penderitaan dalam kehidupan. Semenjak manusia itu masih bayi hingga detik ini, penderitaan tidak pernah benar-benar lepas dari diri manusia. Walaupun begitu, penderitaan yang dirasakan seseorang sebenarnya sangat bergantung kepada cara orang itu memandang segala sesuatu disekitar dirinya sendiri. Penderitaan dapat memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar membuat hidup menjadi sulit. Penderitaan masa lalu adalah sebuah pengingat akan masa-masa sulit dimana seseorang harus tetap melangkah maju dalam rangka menjalani hidup. Manusia tidak pernah tahu kapan penderitaan itu akan tiba. Maka dari itu, manusia harus tetap sadar bahwa penderitaan itu akan selalu ada. Karena tak bisa dihindari, maka manusia hanya perlu menjalani hidupnya dengan segenap daya yang ia miliki. 1.2. Rumusan Masalah Masalah-masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut. Apa itu penderitaan? Apa

Informatika

Informatika ( Informatics ) merukapan disiplin ilmu yang mempelajari transformasi fakta berlambang yaitu data maupun informasi pada mesin berbasis komputasi. Disiplin ilmu ini mencakup beberapa macam bidang termasuk: Sistem informasi,  Ilmu komputer, Ilmu informasi, Teknik komputer, dan Aplikasi informasi dalam sistem informasi manajemen.   Secara umum, informatika mempelajari struktur, sifat, dan interaksi dari beberapa sistem yang dipakai untuk mengumpulkan data, memproses dan menyimpan hasil pemrosesan data, serta menampilkan dalam bentuk informasi. Aspek dari Informatika lebih luas dari sekedar sistem informasi berbasis komputer saja, tetapi masih banyak informasi yang tidak dan belum diproses dengan komputer. Informatika mempunyai konsep dasar, teori, dan perkembangan aplikasi tersendiri. Penggunaan informasi dalam beberapa macam bidang, seperti bioinformatika, informatika medis, dan informasi yang mendukung ilmu perpustakaan, merupakan beberapa contoh yang lain dari

Biografi Carl Sagan

Carl Edward Sagan (lahir di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, 9 November 1934 dan meninggal di Seattle, Washington, Amerika Serikat, 20 Desember 1996) adalah seorang astronom dan dikenal sebagai orang yang gigih memopulerkan sains. Ia memelopori disiplin ilmu eksobiologi dan penggagas upaya pencarian makhluk hidup cerdas dari luar angkasa (Search for ExtraTerrestrial Intelligence / SETI). Ia dikenal di seluruh dunia karena buku-buku best-seller dengan tema sains populer yang ia tulis. Sagan sebagaimana astronom pada umumnya, memang tidak menghasilkan penemuan di bidang rekayasa yang membuat alat yang memudahkan kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, nama Carl Sagan seolah menjadi standar bagi kegiatan pencarian eksistensi kehidupan di alam semesta melalui kemampuannya dalam melakukan popularisasi sains dan membawanya ke ruang publik secara menyenangkan. Ayahnya bekerja sebagai pegawai garmen, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Masa kecil Sagan tidaklah t